HidayatusSibyan.NET -
Dalam pandangan Al Qur’an pendidikan dan pengajaran merupakan sebuah transformasi baik ilmu maupun nilai yang secara substansial tidak di bedakan. Penggunaan istilah yang mengacu pada pengertian “pendidikan dan pengajaran “ bukan merupakan dikotomik yang memisahkan kedua substansi tersebut, melainkan sebuah nilai harus menjadi dasar bagi segala aktivitas proses transformasi. Polaritas istilah lebih menunjukkan pada sasaran yang ingin di capai dari sebuah proses.
Berangkat dari paradigma tersebut, maka jika di telusuri secara mendalam di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa istilah yang mengacu pada terminologi pendidikan dan pengajaran di antaranya adalah tarbiyah, ta’lim, ta'dib dan tazkiyah.
A. TARBIYAH
Terminologi tarbiyah merupakan salah satu bentuk transmigrasi untuk menjelaskan istilah pendidikan. Istilah ini telah menjadi istilah bau dan populer dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam
1. Definisi Tarbiyah
Kata tarbiyah berasal dari bahasa Arab yaitu yang berarti (raja/pengusaha) (tuan) (pengatur) (penanggung jawab) . Istilah tarbiyah dapat di artikan sebagai proses penyampaian atau pendampingan (asistensi) terhadap anak yang mampu sehingga dapat menghantarkan masa kanak-kanak tersebut ke arah yang lebih baik, baik anak tersebut anak sendiri maupun anak orang lain.
Menurut al-Baidlawy kata al-rabb berasal dari kata tarbiyah yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. Dan jika di lihat dari fungsinya kata Rabbi terbagi menjadi tiga yaitu : Rabb sebagai pemili/penguasa, sebagai tuhan yang di taati, dan sebagai pengatur.
Dari uraian makna yang tercangkuo dalam terminologi kata tarbiyah, baik dari segi etimologi maupun terminologi terdapat prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap hubungan manusia, prinsip-prinsip tersebut adalah
a. Kepercayaan terhadap pendidikan bahwa ia adalah sebuah proses dan upaya untuk mencari pengalaman serta perubahan tingkah laku yang sesuai dengan fitrahnya
b. Kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini adalah makhluk.
c. Kepercayaan bahwa alam raya ini selalu berevolusi.
d. Kepercayaan bahwa alam ini tunduk kepada manusia dan di gunakan manusia untuk kebaikan.
e. Kepercayaan bahwa Allah sebagai rabbul 'alamin dia bersifat dengan sifat kesempurnaan.
2. Terminologi tarbiyah dalam Al-Qur’an
Kata tarbiyah dengan berbagai variasinya, di dalam Al-Quran terulang sebanyak 952 kali yang terbagi menjai 2 bentuk
a. Bentuk isim fa’il : ربني yang bentuk jama dari ربانيون yang juga mempunyai relasi dengan kata mengajar (تعليم ) dan belajar (تدريس) . firman Allah QS. Ali Imron 79:
ما كان لبشر ان يؤتيه الله الكتاب والحكم والنبوة ثم يقول للناس كونوا عبادا لي من دون الله ولكن كونوا ربانيين بما كنتم تعلمون الكتاب وبما كنتم تدرسون
Artinya: tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia “hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah” akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang – orang rabbani, karna kamu selalu mengajarkan al kitab dan di sebabkan kamu tetap mempelajarinya
b. Bentuk masder dari رب : bentuk ini dalam Al Quran terulang sebanyak 947 kali, empat kali berbentuk jama ارباب , satu kali berbentuk tunggal, dan selebihnya di idiomatikkan dengan isim sebanyak 141 kali.
c. Bentuk kata kerja ربي : bentuk ini terulang 2 kali dalam surah al isra’ 17/24 dan surah al syu’ara /18.
3. Tela’ah Surah Al-isra’ / 17:23- 24ۥ
وقضی ربك الا تعبدوا الا اياه وبالوالدين احسانا ۚ إما يبلغن عندك الكبر احدهما او كلاهما فلا تقل لهما اف ولا تنهر هما وقل لهما قولا كريما ۚ واخفض لهما جناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا
Artinya : dan tuhan telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaamu, maka sekalikali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayaangan dan ucapkanlah “ wahai tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagai mana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.
Kata ربياني (mendidik) yang di sbutkan dalam ayat di atas adalah teladan amal kebaikan yang di lakukan orang tua kepada anaknya yang tak terhingga nilai jasanya.
Sedangkan ketaatan yang harus di lakukan anak sebagai balasan terhadap orang tuanya, al quran mensifati perbuatan tersebut dengan:
a. Ihsan : yaitu ungkapan untuk menyatakn segala bentuk keindahan yang menjadi kegemaran.
b. Di larang bertutur kasar
c. Anjuran bertutur kata yang baik
d. Sikap ramah
B. Ta’lim
Kata ta’lim di tinjau dari asal usulnya merupakan bentu masder dari kata علّم yang kata dasarnya عَلِمَ mempunyai arti mengetahui , kata ta’lim menunjukkan adanya proses yang rutin dan terus menerus serta adanya upaya yang luas cakupannya sehingga dapat memberi pengaruh pada muta’allim (orang yang belajar). Kata taallum mempunya arti adanya sentuhan jiwa, hal ini di tunjukkan firman Allah surah Al baqoroh : 31:
وعلم ءادم الاسماء كلها ثم عرضهم علي الملائكة فقال انبئوني باسماء هؤلاء ان كنتم صادقين
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama nama (benda benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman “sebutkanlah kepadaku nama benda benda itu jika kamu memang orang orang yang benar.”
Pengajaran yang di lakukan oleh Allah kepada nabi Adam untuk menyebutkan nama naa benda , mempunyai makna bahwa Allah menjadikan Adam dapat mengucapkan dan memberi nama sesuatu sebagai mana hal tersebut telah di ajarkan kepadanya.
C. Ta’dib
Kata ta’dib berasal dari kata أذب yang berarti perilaku dan sikap sopan. Kata ini dapat juga berarti do’a, hal ini karena doa dapat membimbing manusia kepada sifat yang terpuji dan melarang sifat yang tidak terpuji. Salah seorang tokoh pendidikan syed muhammad Naquid Al Attas, ia menggunakan istilah ta’dib dalam pendidikan islam di gunakan untuk menjelaskan proses penamaan adab kepada manusia. Istilah yang di gunakan beliau berbeda dengan tokoh tokoh lain yang kebanyakan menggunkan istilah tarbiyah.
Dalam terminologi ini Al Attas memberikan definisi ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud itu bersifat teratur secara hirarkhis sesuai dengan berbagai tingkatan dan derajat mereka tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakekat serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniyah, intelektual serta ruhaniyah seseorang. Dalam literatur agama banyak di temukan uraian tentang adab. Salah satu di antaranya adalah sabda nabi saw.” Addabani rabbi faahsana ta’dibi”
Meskipun kata adab tidak di sebut dalam alquran, tetapi di temukan pujian atas akhlaq nabi muhammad saw. وانك لعلي خلق عظيم “sesungguhnya engkau benar benar berada di atas budi pekerti yang agung”. beberapa prinsip adab pembicaraan dalam al quran surah Al Shaff 2-3
ياايها الذين امنوا لم تقولون ما لا تفعلون كبر مقتا عند الله ان تقولوا ما لا تفعلون.
Hai orang orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan.
Basa basi dalam berbicara adalah baik, asal yang di ucapkan tidak melampaui batas. mencela pun boleh, asal celaan tidak melewati kewajaran. Akan tetapi adab agama memberi catatan bahwa tidak melontarkan celaan adalah sesuatu yang terpuji.
D. Tazkiyah
Kata tazkiyah berasal dari derivasi kata زكي yang berarti tumbuh dan berkembang berdasarkan barokah dari Allah. Makna ini dapat di gunakan dalam konteks duniawi maupun ukhrawi, sehingga kata زكاة dalam ajaran islam berarti sesuatu yang di keluarkan oleh manusia yang di ambil dari hak Allah, di berikan kepada golongan fakir atau miskin, baik di niati untuk mengharap barokah, untuk membersihkan jiwa , melapangkan dada, maupun untuk mendapatkan keberkahan dalam melakukan kebaikan. Seperti di jelaskan dalam QS. Al baqoroh 43 :
واقيموا الصلاة وءاتوا الزكاة واركعوا مع الراكعين
dan dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.
Dalam bentuk lain, kata tazkiyah berbentuk imbuhan yang berubah menjadi زكي yang di kontekskan dengan nafs. Kata tersebut terulang sebanyak 26 kali, 24 kali dalam bentuk kata kerja, dan 2 kali dalam bentuk masder yang di nisbahkan kepada manusia, karena manusia dari satu sisi mempunyai potensi untuk mensucikan jiwanya. Firman Allah dalam QS. Al a’la: 14 : قد افلح من تزكي sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri.
Manusia dalam mensucikan jiwanya dapat menempuh dua cara :
1. Dengan perbuatan, cara ini adalah cara yang terpuji seperti dalam firman Allah dalam QS Al A’la / 14
2. Dengan ucapan , seperti membersihkan diri dari sifat kemunafikan keadilan orang lain, yang di larang oleh Allah. QS: An-najm : 32 : فلا تزكوا انفسكم هو اعلم بمن اتقي “maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.
Sekedar untuk membangkitkan semangat dan rasa optimis, seseorang diperbolehkan untuk memuji dirinya sendiri tetapi tidak untuk di perdengar kepada orang lain. Klik di sini
#HidayatusSibyan.NET
#MuhyiZain
BANGKALAN, 02/01/20

Tidak ada komentar:
Posting Komentar